Secara
teoritis, dalam terminologi psikologi kesehatan, stres adalah kondisi di mana
individu mempersepsikan adanya kesenjanganantara tuntutan fisiologis maupun
psikologis dari lingkungandengan sumber daya yang
dimiliki individu untuk
memenuhi kebutuhan tuntutan tersebut.
Tertekan
menghadapi tiga buah ujian dalam hari satu yang sama karena merasa belum
menguasai bahan;
mengeluh
karena harus melakukan rangkaian gerak senam lantai sementara rasanya
koordinasi gerak motorik diri tidak mendukung;
tidak percaya
diri saat harus memimpin sebuah organisasi; dan
merasa tidak
cukup menarik untuk mendapatkan hati gebetan
adalah
beberapa contoh implikasi pemahaman stres tersebut. Mudahnya, kita dikatakan
sedang stres saat ada stressor (challenging events; tuntutan lingkungan)
yang kita nilai tidak cukup terpenuhi oleh kemampuan kita (resources;
sumber daya).
Nah, saat
stres, apa sih yang kemudian kita lakukan? Mencari pelipur lara, lari dari
kenyataan, atau secara heroik menyelesaikan masalah yang menjadi penyebabnya?
Pilihan apapun yang Anda ambil, (lagi-lagi) secara teoritis dikenal sebagai coping.
Karena stres melibatkan adanya persepsi kesenjangan, maka coping dapat
dirumuskan sebagai upaya untuk mengatasi persepsi
kesenjangan tersebut. Sebagai sebuah upaya, coping tidak
selalu mengarah pada penyelesaian masalah (stressor-nyah). Anda bisa
saja "berserah pada Tuhan" dalam menghadapi ujian karena itu membantu
Anda merasa lebih mampu menghadapinya. Walaupun itu tidak membuat Anda dalam
sekejap menguasai bahan, bukankah ada pepatah "do your best and let God do
the rest"?
Dalam coping,
Anda dapat melakukannya problem-focused (P), yang
menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah, dan atauemotion-focused (E),
yang menekankan pada regulasi emosi. Berikut adalah beberapa bentuk strategi coping yang
dirangkum Folkman dan Lazarus sepanjang penelitian mereka :
1. Planful
problem-solving (P), di mana Anda melakukan analisa terhadap situasi untuk
mendapatkan solusi dan didukung oleh pengambilan langkah-langkah untuk
menyelesaikan masalah. Tahu bahwa Anda akan menghadapi tiga ujian sekaligus di
hari Senin, Anda kemudian menimbang-nimbang waktu yang Anda punyai untuk
belajar; tingkat kesulitan sekaligus banyaknya bahan tiap ujian untuk dapat
menentukan bahan mana yang akan Anda pelajari lebih dulu; proporsi waktu
belajar; dan cara belajar apa yang efektif.
2. Confrontive
coping (P). Dalam melaksanakan strategi ini, Anda berani untuk
melakukan respon yang asertif untuk merubah situasi. Anda melancarkan keberatan
pada dosen atau pihak fakultas tentang dilaksanakannya tiga ujian sekaligus
dalam satu hari, misalnya.
3. Seeking
social-support (P/E). Strategi ini dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah maupun untuk regulasi emosi. Cemas menghadapi keharusan
melakukan repertoire senam lantai yang sulit, Anda bisa meminta bantuan seorang
teman untuk melatih Anda (P) atau berkeluh kesah pada sahabat (E).
4. Distancing (E) terjadi
saat Anda, umumnya secara kognitif, "menjauhi" permasalahan yang Anda
hadapi. Entah Anda berusaha tidak memikirkan repertoire senam lantai yang belum
dikuasai atau Anda membangun pemahaman, "Ah, itu kan cuma untuk nilai
olahraga ajah. Gurunya juga nilai usaha kita, yah, gak pusing lah."
5. Escape-Avoidance (E).
Dalam pelaksanaannya, Anda "melarikan diri" dari masalah yang Anda
hadapi. Anda dapat melakukannya dengan tenggelam dalam pikiran bahwa masalah
tersebut dapat terselesaikan dengan sendirinya atau Anda menyerah latihan senam
lantai karena sudah pasrah.
6. Self-control
(E) adalah hal-hal yang mencakup pengendalian diri untuk memodulasi
emosi. Anda mungkin murah hati memberikan toleransi pada kekurangan anggota
organisasi yang Anda pimpin atau bahkan berusaha menutup-nutupi kecemasan Anda
memimpin organisasi tersebut.
7. Accepting
Responsibility (E). Ketika Anda menyadari posisi dalam permasalahan
sekaligus berupaya memperbaiki keadaan. Saat organisasi yang Anda pimpin tidak
berhasil mencapai target yang diharapkan (memenangkan suatu kompetisi, misalnya),
Anda mungkin saja melihatnya sebagai akibat dari ketidakmampuan Anda melakukan
pembagian kerja yang baik. Untuk itu, Anda menerima kekurangan tersebut dan
melakukan perbaikan pembagian kerja.
8. Positive
reappraisal (E) adalah saat Anda mencoba mendapatkan pemahaman positif
dari sebuah masalah. Walaupun Anda patah hati karena merasa tidak cukup menarik
sehingga si gebetan tidak memperhatikan Anda, hal tersebut Anda lihat sebagai
pengalaman berharga yang mengajarkan sesuatu.
Secara umum,
tidak dapat ditentukan strategi manakah yang paling baik untuk mengatasi stres.
Bahkan, kita cenderung untuk mengkombinasikan strategi di atas. Sangat mungkin
Anda meninggalkan masalah tersebut sejenak untuk menjernihkan pikiran sebelum
berkutat menyelesaikannya. Ada begitu banyak varian masalah yang menyebabkan
stres yang berbeda-beda dan, tentunya kita pun dapat memilih strategi yang
tepat untuk mengatasinya.
Dengan
memahami stres sekaligus strategi coping, saya harap hidup Anda
menjadi lebih "mudah". Idealnya, kunci-kunci mengatasi stres telah
diketahui. Nah, dapatkah Anda mencocokkan kunci-kunci tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar